Jumat, 15 Juli 2011

OPENING....


Tulisan ini sebagai pengantar dalam merefleksi kondisi transportasi di sekitar kita. Mari kita lihat wajah transportasi kita saat ini. Kiranya akan menyisakan berbagai pertanyaan yang menyesak seperti ini :
Kenapa kemacetan lalu lintas terjadi dimana-mana?
Kenapa perilaku pengendara di jalan laksana manusia bar-bar yang jauh dari etika dan norma?
Kenapa jalan-jalan banyak rusak?
Kenapa bahan bakar minyak (BBM) langka dan menghilang?
Kenapa kematian akibat kecelakaan lalu lintas terus meningkat?
Kenapa.......kenapa.......dan kenapa........?

Renungan dan insteropeksi mendalam dibutuhkan untuk menata kembali transportasi kita. Bukankah ALLAH telah menciptakan segala sesuatunya itu sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya? Laut dan daratan diciptakan sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya sehingga bumi berada pada posisi setimbang. Sementara planet-planet lain bergerak pada lintasannya sehingga terjadi kesetimbangan yang sempurna dalam alam semesta jagat raya ini. Lalu kenapa kita dan para pengambil kebijakan negeri ini tidak melakukan sesuai dengan hukum dan SUNATULLAH yang sudah digariskan.

Mari kita lihat, sudahkah dalam transportasi kita antara supply-demand terjadi kesetimbangan? Kenyataannya pertumbuhan jalan, sangat jauh ketinggalan dibandingkan pertumbuhan kendaraan bermotor. Jika ini terus berlanjut serta tidak ada antisipasi dan solusi, bukan hanya ketimpangan yang menganga antara supply-demand, tetapi akibatnya sudah pasti yaitu lebih banyak MUDARAT daripada MANFAAT. Karena akibat kendaraan lebih banyak daripada jalan yang ada, maka terjadi MACET. Kalau sudah macet yang ada hanya mudarat tidak ada sedikitpun manfaat. Karena macet bisa menyebabkan stres, polusi, biaya operasional kendaraan naik, waktu hilang dan mudarat-mudarat lain seperti kriminal dan masalah sosial lainnya. Apakah upaya penanggulangan kemacetan lalu lintas ini sudah dilakukan? Jawabannya pasti sudah, tetapi yang harus ditanya lagi adalah, apakah hasilnya sudah optimal? Jawabannya juga pasti yaitu belum. Kenapa bisa? Tanyakan pada rumput yang bergoyang........

Jika kita evaluasi upaya yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan transportasi di negeri ini, ibarat SHALAT, tidak dilakukan secara berjama’ah, tetapi dilakukan secara sendiri-sendiri. Karena sendiri-sendiri itu, maka cenderung bersifat parsial. Dengan demikian hasilnya tidak optimal, jadi seolah-olah KEMACETAN itu bukan sekedar kebiasaan tiap hari tapi sudah meningkat menjadi BUDAYA sebagai salah satu ciri khas bangsa ini. Sedih kan......

Oleh karenanya, melalui blog ini, saya mengajak kita semua untuk MENUJU PENGELOLAAN TRANSPORTASI ILAHIAH, dimana hukum SUNATULLAH harus menjadi rujukan dalam pengelolaan transportasi di negeri ini, sehingga AMAN-TERTIB-LANCAR-BERKESINAMBUNGAN bukan hanya slogan dan pepesan kosong.

Tulisan minggu depan :
Implementasi “IHDINASHSHIRAATHAL MUSTAQIM” dalam perencanaan jaringan jalan perkotaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar